Minyak Kedelai, Alternatif Bahan Masak yang Jauh Lebih Sehat
Sebagian orang mengatakan bahwa, kedelai hanya dapat diolah menjadi beberapa produk pangan olahan. Seperti oncom, tahu, tempe, susu, kecap, tauco, soba hingga natto. Tetapi ternyata produk kedelai juga bisa diolah menjadi minyak kedelai. Ya, minyak kedelai sendiri diketahui lebih baik dibandingkan dengan minyak kelapa atau minyak sawit yang sering kita gunakan dalam keseharian sebagai minyak goreng. Hal tersebut disampaikan oleh Guru Besar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Ir. Made Astawan, MS.
Beliau menjelaskan bahwa minyak kedelai memiliki kandungan lemak jenuh yang lebih rendah dibandingkan dengan lemak jenuh yang terdapat di dalam minyak sawit. Proses pembuatan minyak kedelai yang dibuat dengan cara ekstraksi ini dapat meningkatkan kadar kolesterol baik dan menurunkan kadar kolesterol jahat dalam darah. "Karena kandungan lemak tidak jenuhnya yang lebih rendah, paling banyak dipakai dua kali saja," kata Prof. Made Astawan.
Selain itu, kandungan isoflavon yang terdapat pada biji kedelai mampu menangkal radikal bebas serta mampu membantu mencegah osteoporosis. Namun sayangnya, keberadaan minyak kedelai ini tidak terlalu disambut baik di pasar Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah karena harga minyak kedelai yang tergolong cukup mahal serta kebiasaan masyarakat Indonesia yang lebih menyukai menggunakan minyak goreng jelantah.
Selain mahal, minyak kedelai jarang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia karena minyak kedelai merupakan hal yang tidak umum dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kedelai merupakan jenis tanaman subtropis yaitu tanaman yang membutuhkan jumlah pencahayaan matahari yang lebih banyak selama pertumbuhannya. Namun, terdapat perbedaan jumlah waktu penyinaran matahari di Amerika Serikat dengan Indonesia. Produsen minyak kedelai di Amerika Serikat dapat mencapai waktu penyinaran biji kedelai terhadap matahari selama 16-18 jam, sedangkan di Indonesia waktu penyinaran biji kedelai dengan matahari lebih sedikit yaitu selama 12 jam saja.
Selain faktor-faktor di atas, Prof. Made Astawan juga menyebutkan bahwa petani di Indonesia lebih memilih padi atau jagung. Padi atau jagung dapat menghasilkan keuntungan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan menanam kedelai. "Secara hitungan ekonomis lebih menguntungkan menanam padi dan jagung per hektare dibandingkan dengan kedelai. Secara rasional, petani akan lebih memilih untuk menanam padi dan jagung karena untungnya lebih besar, kecuali ada intervensi khusus dari pemerintah, misalnya subsidi," kata Prof. Made Astawan.
Menggunakan minyak olahan untuk memasak bisa meningkatkan kadar lemak tak jenuh buruk dalam tubuh yang menyebabkan akumulasi kolesterol jahat atau LDL (Low-density lipoprotein) dalam darah. Endapan LDL dapat menyumbat pembuluh darah, mengganggu sirkulasi darah, dan secara tidak langsung meningkatkan tekanan pada jantung yang dapat memicu hipertensi. Minyak kedelai kaya akan asam lemak omega-3 dan omega-3 tak jenuh, sehingga minyak kedelai dapat digunakan sebagai alternatif minyak olahan untuk memasak karena kandungan lemak tak jenuhnya yang baik untuk tubuh.
Referensi
Paramitha, T dan I. Berlian. 2018. Minyak Kedelai, Alternatif Bahan Masak yang Jauh Lebih Sehat. https://m.viva.co.id/amp/gaya-hidup/kuliner/1087567-minyak-kedelai-alternatif-bahan-masak-yang-jauh-lebih-sehat (2 Januari 2020).
Adm-Ragam. 2019. Manfaat Minyak Kedelai. https://tribunasia.com/index.php/2019/05/09/manfaat-minyak-kedelai/ (14 Januari 2020).
Comentários