SCIENTIST (PART III)
Pagi begitu cerah, matahari memancarkan sinarnya sehingga membangunkan Marta dari mimpi indahnya. Mimpi yang tidak pernah menjadi kenyataan di dunia nyata. Mimpi yang selalu datang dengan senyuman manis sang Kakek.
“Martaa.. ayo bangun, sudah jam 6 lho! Semua sudah pada sarapan tuh di meja makan.” kata Bunda.
“Sebentar Bun” jawab Marta dengan lantang dan mulai mempersiapkan diri untuk pergi ke sekolah.
Sesampainya di meja makan, dilihatnya Marko dengan pakaian yang sudah rapi dan sudah siap untuk berangkat ke kampusnya.
“Selamat pagi Adikku yang manis, mulai sekarang biar Kakak yang antar jemput kamu ya.”
Ucapan Marko seolah-olah terdengar halus oleh Ayah dan Bundanya, tetapi tidak oleh Marta. Tatapan wajahnya penuh dengan ambisi dan amarah yang tercampur menjadi satu kesatuan yang utuh yang tidak bisa dipisahkan. Belum sempat Marta mengucapkan kata-kata, Ayah tercinta merespon perkataan Marko dengan dukungan.
“Benar Marta, zaman sekarang ini banyak penculikan lho. Mending Kak Marko yang antar jemput kamu mulai dari sekarang ya.”
“B..baik Yah.. mulai sekarang aku pulang dengan Kak Marko.” Jawab Marta terbata-bata. Tatapannya secara otomatis terarah kepada Marko dengan senyuman yang penuh kepalsuan.
“Benar tuh kata Ayah, belum tentu Kak Daniel itu baik lho.” kata Ibunda memperkuat argumen Ayah agar Marta diantar-jemput oleh Marko.
“Apa?! Kak Marko ngomong apa aja sih sama Bunda dan Ayah??” batin Marta dengan raut wajah kebingungan dapat terbaca dengan jelas oleh Marko dan membuatnya tersenyum sinis sambil memandang Marta.
“Baik kalau begitu Ayah dan Bunda berangkat ke kantor duluan ya, ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan.” Kata Ayah.
“Bye Bun, bye Ayah hati-hati di jalan” jawab Marko dengan raut wajah yang senang.
“Hey, anak kecil, buruan sarapannya bisa telat lho ini.” teriak Marko.
“Iya sabar Kak” Jawab Marta dan segera menghabiskan sarapannya.
Terik matahari begitu terasa pada pagi hari itu, seolah berada di negeri padang pasir, tiada awan, tiada angin berdesir, dan hanya panas terik yang menyengat. Dikeluarkanlah mobil yang diparkir di depan garasi rumah. Sebuah mobil berwarna putih mengkilap. Warna Mobil yang elegan terlihat makin mengkilap di bawah terangnya sang surya pada pagi itu.
“Lha.. tumben pakai mobil Kak?” Tanya Marta kebingungan.
“Kamu ga lihat apa, wong mataharinya puanas gini. Masa pakai sepeda motor” Marko menanggapi dengan lantang.
“Siap Pak Boss!” Jawab Marta dengan tidak peduli.
Sesampainya di sekolah, ternyata bel pun sudah berbunyi teeeeet…!! Tanda pelajaran mau dimulai maka Marta pun segera masuk ke kelas. Tatapannya kosong memikirkan solusi untuk menghentikan niat buruk sang Kakak demi nama baik keluarganya.
Satu, dua jam terlewati, hingga akhirnya bel pulang sekolah berbunyi. Marta menunggu Marko untuk menjemputnya di lobby. Kring… kring… suara Hp Marta berdering.
“Kak Marko.” Nama yang tampil di layar Hp Marta, serentak Marta langsung mengangkatnya.
“Halo, kenapa Kak?” Tanya Marta
“Halo Mar, sorry aku gabisa jemput ya, kamu naik becak saja pulangnya.” Jawab Marko
Tanpa basa-basi Marko langsung saja menutup telepon.
“Tuh kan.. pasti dia kembali melanjutkan rencana jahatnya.” Kata Marta dengan cemberut. Marta bergegas pergi meninggalkan lobby sekolahnya menuju pangkalan becak. Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara deru sepeda motor melaju, suaranya mulai mendekat, semakin mendekat, sampai suara itu terdengar semakin keras, lalu berhenti seperti tepat dibelakang Marta dan terdengar suara motor dimatikan.
“Marta?” Seorang pria tampan berambut pirang, berperawakan tinggi, dan berkulit putih menghampiri Marta.
“Wah tampan banget! Siapa ya dia? Ke..ke..kenapa dia kenal aku?” bisik Marta dalam hati.
“Hey kok bengong aja?” Tanya Daniel sambil mendekati Marta.
Sekitar 50 cm dari arah Marta berdiri, Ia baru menyadari bahwa pria tampan tersebut adalah Daniel.
“Ka..Kak Daniel?” serentak keluar dari mulut Marta.
“Hey Masih kenal aku kan? hehe Jangan-jangan kamu lupa ya sama aku?” tanya Daniel dengan canda tawanya.
“Ngga kok Kak.. cuman baru lihat Kakak ngga pake helm hari ini, tampan” Marta segera menutup mulutnya dengan kedua tangan dan menunduk malu. Mukanya mulai memerah.
“Ha?? Bisa saja kamu hehehe” Jawab Daniel dengan malu.
“By the way, kamu kok belum pulang?” Tanya Daniel.
“Ini lagi nungguin becak langganan Kak hehe” Jawab Marta
“Oh.. ikut sama aku aja, takutnya kemaleman nanti kamu pulangnya.”
Mata Daniel memandang Marta dengan penuh kepedulian.
Marta mengiyakan tawaran Daniel dan Daniel bergegas menyalakan motornya. Perjalanan bersama Daniel terasa menyenangkan bagi Marta. Di setiap sisi jalan disuguhi dengan pemandangan pohon rindang yang hijau, udara sejuk, dan jalan yang berliku-liku membuat seringkali tangan Marta memegang kuat pundak Daniel. Seketika perasaan tersebut menghilang saat Daniel menyinggung antidote yang telah berhasil ia ciptakan.
“Oh iya, Mar, antidote untuk menjinakkan manusia singa buatan Marko sudah berhasil aku buat, kamu tau dimana lokasi laboratorium yang baru itu?” Tanya Daniel
“Masih belum tau, Kak. Semoga saja laboratorium bisa segera aku temukan.” Jawab Marta dengan penuh kecemasan.
Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat, hingga sampai di rumah Marta.
“Mar.. kalau butuh jemputan atau informasi tentang laboratorium Marko, hubungi aku aja, ya.” Kata Daniel sambil memberikan kartu nama kepada Marta.
“Baik, Kak. Hati-hati di jalan.” Jawab Marta dengan malu.
Tak lama kemudian suara mobil menderu memecah keheningan pada sore hari itu. Ciitt.. suara rem mobil, ternyata sudah tepat dibelakang Marta yang hendak berpaling masuk ke rumah. Sosok anak kecil turun dari mobil putih milik Marko.
“Kak.. kok bawa anak kecil kemari?” Bisik Marta setelah Marko turun dari mobil.
“Oh kenalin Mar.. ini Kevin, Adik temanku. Nanti malam temanku kemari untuk menjemputnya.” Jawab Marko dengan mata yang berpaling ke mana-mana.
“Tidak.. Kak Marko pasti sedang berbohong. Tingkah laku Kak Marko saat ngobrol denganku tidak seperti biasanya” gumam Marta dalam hati sambil memandang kearah Marko.
Tiga jam berlalu sejak Marta mulai mengerjakan tugas-tugas sekolah yang harus di kumpulkan pada hari esok. Terdengar suara teriakan dari arah kamar Marko.
“Mmpphh.. Mmph..”
Dengan rasa penasaran yang tinggi, Marta mengendap-ngendap seperti pencuri. Dengan berhati-hati menyusuri satu persatu kamar yang berada di rumahnya. Ditemukanlah Kevin dengan tangan terikat dan mulut tertutup oleh lakban.
“Oh tidak.. sesuai dugaanku, Kak Marko pasti akan melakukan sesuatu terhadap anak itu!” Bisik Marta dalam hati.
Kembali dilihat sekeliling kamar tersebut, hingga dilihatnya banyak tabung-tabung reaksi dan peralatan lab lainnya.
“Pasti Kak Marko telah berpindah lokasi laboratoriumnya di kamar ini! Tetapi tidak terlihat manusia singa di sekitar sini. Aku harus menghubungi Kak Daniel!” Gumam Marta.
Di saat Marta ingin mengabari Daniel untuk menyelamatkan Kevin dan menginfokan lokasi laboratorium, “BRAK‼” Suara vas bunga terjatuh pas di samping Marta berdiri.
Akankah Marta berhasil menghubungi Daniel? Dan apakah yang terjadi pada vas bunga tersebut sehingga terjatuh pas di samping Marta?
Bersambung..
Comments