SCIENTIST (PART IV)
Kelanjutan dari Scientist Part III, Marta berusaha mengabari Daniel untuk menyelamatkan Kevin serta menginfokan lokasi laboratorium, kemudian tiba-tiba vas bunga terjatuh tepat di samping Marta berdiri. Enjoy the story!
Masih di lokasi baru tempat Marko bereksperimen. Vas bunga yang terjatuh tepat di samping Marta berdiri rupanya bukanlah karena ulah seseorang, melainkan tikus!
“Ah! Lega sekali.. Fokus, Marta! Fokus!” gumam Marta selagi terus berusaha menghubungi Daniel.
“Mmpphhh... Mmppphhh... Mmmpphh!” suara rintihan Kevin di pojok dalam kamar makin menggebu-gebu setelah mendengar suara vas bunga jatuh itu.
Terlalu fokus untuk menghubungi Daniel, Marta sampai lupa jika Kevin juga masih terperangkap di kamar itu. Kevin pun berusaha untuk membuat suara yang lebih keras untuk menarik perhatian Marta.
DUG... DUG.. DUG.. Suara hentakan kaki Kevin tampaknya berhasil menarik perhatian Marta. Marta pun lekas menghentikan terlebih dahulu usahanya untuk menghubungi Daniel.
Marta masuk ke dalam kamar tersebut secara perlahan dan sangat hati-hati.
“Kevin! Kamu tidak apa-apa?” bisik Marta selagi berusaha melepaskan ikatan dan lakban dari mulut Kevin.
“Kak Daniel.. Hubungi kak Daniel! Tolong..” rintihan Kevin sambil menahan rasa sakit bekas ikatan tali yang menjeratnya tadi.
“Lebih baik kita keluar dulu yuk dari tempat ini. Setelah itu, kita hubungi kak Daniel setelah kita aman, ya..” Marta mencoba menenangkan Kevin yang panik.
Mereka berdua pun bersama mengendap-endap dan berusaha keluar dari kamar sekaligus rumah itu.
“GAWAT! Biasanya jam 9 malam seperti sekarang ini kak Marko akan turun mengecek laboratoriumnya!” bisik Marta dengan penuh kepanikan.
Mereka pun lekas mempercepat langkah kaki mereka. Sampailah Marta dan Kevin di depan pagar rumah Marta.
Tutt… Tut… bunyi yang keluar dari HP Marta saat mencoba menghubungi Daniel.
“Kak Daniel... Plis jawab dong!” gumam kekecewaan Marta yang belum mendapat jawaban dari Daniel.
“Halo, Marta! Ada apa kamu telepon aku malam-malam begini?” tanya Daniel penuh kekhawatiran.
“CEPAT SINI KE RUMAHKU KAK!” teriak Marta tanpa peduli sekitar.
Daniel pun langsung bergegas tanpa berpikir dua kali. Disambarnya kunci mobil serta kacamatanya untuk segera menuju ke tempat Marta.
Tak lama kemudian, sampailah Daniel di daerah gang rumah Marta. Dari kejauhan, ia melihat ada 2 orang sedang duduk di depan pagar rumah seperti kepanikan. Yup! Itu adalah Marta yang sedang menenangkan Kevin dengan merangkul dan menghangatkan Kevin.
“Hey! Marta, cepat masuk!” teriak Daniel sambil berbisik.
Tanpa berpikir panjang, Marta langsung menyambar tangan Kevin dan membawanya masuk ke mobil Daniel. Daniel yang bingung mengapa Kevin bisa bersama Marta pun langsung menyodorkan pertanyaan.
“Kevin?! Ngapain kamu di rumah Mart-“
“NANTI KITA JELASIN! sekarang, yang penting kita menuju ke rumah kak Daniel dulu saja kak!” potong Marta.
Selama perjalanan, Daniel, Marta dan Kevin masih sangat hening dan belum bisa bersuara. Mobil tetap melaju sampai ke tempat tujuan, rumah Daniel.
Marta, Kevin, dan Daniel sekarang berada di ruang tamu di rumah Daniel. Daniel berusaha untuk membuat Marta dan Kevin tenang sebelum menjelaskan segalanya ke Daniel.
“Jadi, siapa yang mau mulai dulu, nih?” tanya Daniel memecah keheningan.
“Aku!” Marta dan Kevin secara tak sengaja bersamaan berteriak.
“Yaudah, kak Marta dulu aja. Sebagai ucapan terima kasihku juga karena udah nolongin aku dari psikopat itu.” canda Kevin.
“Ihh, bisa aja kamu, Vin!” sembur Marta sambil mendorong pelan bahu Kevin.
“Sudah sudah, kalian ini kok malah bercanda. Sekarang cerita dulu gih, Mar.” sahut Daniel.
Marta dan Kevin pun saling memberi informasi yang menurutnya penting untuk disampaikan ke Daniel. Di tengah-tengah pembicaraan mereka, tiba-tiba telepon Marta berdering.
“GAWAT! Kak Marko telepon!” teriak Marta.
“Udah, kamu jawab aja, nanti bilang kalau kamu lagi nginep di rumah teman.” ide Daniel.
Marta pun mengiyakan ide Daniel dan langsung mengangkat telepon itu.
“Halo, kak Marko. Ada apa kak telepon Marta malam-malam begini?” tanya Marta.
“Kamu di mana sekarang? Tadi apakah kamu lihat ada orang yang masuk ke kamarku? Karena beberapa barangku menghilang!” ujar Marko panik.
“Wah, Marta nggak tahu apa-apa kak. Sekarang Marta lagi di rumah teman. Mungkin besok siang baru bisa pulang. Marta mau lanjut main dulu ya kak, dadahh..” Ujar Marta lekas menutup teleponnya.
“Wah, gawat nih. Besok aku harus sudah di rumah, kalau nggak, pasti kak Marko curiga.” Ujar Marta.
“Sudah, jangan panik dulu. Sekarang, kita harus merencanakan strategi untuk mengambil sampel percobaan Marko supaya bisa kita jinakan.” sahut Daniel.
“Iya kak Marta, tenang saja. Aku rasa kak Marko tidak akan berpikir yang aneh-aneh tentang kak Marta.” Ujar Kevin.”
“Benar sekali! Pintar kamu, Kevin!” sahut Daniel sambil menjahili Kevin.
“Oh iya, Sebelum mulutku dilakban, aku sempat melihat kak Marko seperti mengambil kunci dari tanaman pot di kamarnya, lalu saat aku menoleh sebentar, tiba-tiba dia menghilang begitu saja, padahal dia belum keluar dari kamar.” ujar Kevin.
“WAH! Kalau begitu, kemungkinan dia punya gudang atau ruang penyimpanan di bawah tanah! Karena nggak mungkin dia menghilang begitu saja tanpa keluar dari kamar itu.” sahut Marta.
“Benar juga! Pintar juga kamu, Marta!” sahut Daniel.
Mereka pun merencanakan beberapa strategi dan cara untuk mengambil sampel manusia singa yang dibuat oleh Marko. Mulai dari plan A, plan B, sampai plan C untuk memastikan bahwa usaha mereka kali ini tidak gagal.
Pagi hari di rumah Marko. Seperti hari biasanya, Marko turun untuk sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat ke kampus.
“Di mana adikmu?” Semalaman Ayah tidak melihatnya.” tanya Ayah Marko.
“Marko nggak tahu juga, Yah... Kemarin malam Marko sempat telepon katanya sih dia nginep di rumah teman.” ujar Marko.
“Wah, dasar anak itu! Belum dewasa tapi sudah berani pergi tanpa ijin..” guram Ayah Marko penuh kekecewaan.
“Sudah, Yah.. Biarkan saja, lagian ini kan juga kali pertamanya Marta.. Sebenarnya dia anak baik kok.” bela Ibu Marko.
“Ya sudah, Yah, Bun.. Marko berangkat dulu ya, dadah.” pamit Marko.
Di kampus, Marko masih belum bisa fokus dan tenang karena Kevin yang berhasil kabur dari kamarnya secara mudah tanpa adanya jejak.
“Oy! Marko! Ngapain kau bersengut terus dari pagi!” sahut salah satu sahabatnya.
“Ehmm, enggak ada apa-apa kok. Aku cuma kurang tidur aja kemarin malam. Biasa.. Melanjutkan eksperimen untuk project UTS ku.” balas Marko.
“Ooohh, eksperimen itu lagi... Udah lah bro, istirahat dulu aja.. Kesehatan kau itu lebih penting daripada projectmu itu.” sahut sahabatnya.
“Ehm, iya. Aku juga sudah berusaha menguranginya kok. Makasih ya sarannya, bro!” balas Marko.
Di tengah-tengah percakapan mereka, tiba-tiba ada mahasiswi yang berteriak.
“JANGAN LUPA NANTI JAM 11 ADA PRAKTIKUM DI RUANG A12!”
Deg! Marko pun tersentak karena kaget. Ternyata, ia lupa membawa peralatan labnya. Padahal untuk mengikuti praktikum itu, peserta harus membawa alat-alat yang dibutuhkan. Ini semua pasti karena pikiran Marko yang terlalu penuh akibat pelarian Kevin. Sekarang, pikiran Marko terbagi-bagi.
“Oi, Bro! Sepertinya aku harus pulang dulu, mau ambil alat praktikum, biasa.. Ketinggalan.” ujar Marko.
“Oke! Hati-hati ya bro! Jangan terlalu banyak pikiran. Kau sendiri yang akan rugi.” sahut salah satu sahabatnya.
Tanpa berpikir panjang, Marko segera pulang untuk mengambil alat praktikumnya untuk mengikuti praktikum yang akan dilaksanakan 40 menit lagi.
Di samping itu, Marta, Kevin, dan Daniel sedang dalam perjalanan ke rumah Marko untuk mengambil sampel serta memulangkan Marta.
“Kira-kira, berhasil nggak ya kita?” tanya Kevin memecah kepanikan.
“Sudah Vin, kamu diam dulu ya. Kita lagi konsentrasi juga ini.” sahut Daniel.
“Satu gang lagi di depan, kak.” ujar Marta memberi arah jalan.
“Iya, Mar. Sudah beratus kali aku ke rumahmu, nggak perlu kamu beritahu juga sambil tutup mata aja aku bisa, Mar.” canda Daniel.
Sampailah mereka di rumah Marta. Tepat sekali, Ayah dan Bunda Marta sedang tidak ada di rumah karena ada acara di tempat kerja mereka.
Daniel disusul Kevin, kemudian Marta secara perlahan masuk melewati pagar secara berhati-hati dan hening.
“Oh iya, aku lupa memberi tahu, kalau hari ini kak Marko jadwal kuliahnya full, jadi dia nggak bakal ada di rumah. Kita agak santai aja nggak apa-apa.” ujar Marta.
Daniel dan Kevin pun lega. Mereka bertiga kemudian langsung menuju ke kamar lokasi laboratorium baru Marko dan mencari kunci ruang bawah tanah di pot tanaman Marko.
“INI NIH! Aku nemu!” sahut Kevin.
“Mantap! Sekarang, aku akan membuka penutup di lantai itu, kemudian aku akan turun untuk mengambil sampelnya. Kalian berdua jaga di luar, ya. Jangan sampai ada orang lain di rumah ini.” ujar Daniel
“Baik, kak.” balas Marta dan Kevin bersamaan lagi.
Daniel pun segera turun melalui penutup lantai yang tidak susah untuk ditemukan letaknya. Marta dan Kevin menjaga pintu kamar dan melihat-lihat suasana rumah.
Marko yang sedang dalam perjalanan ke rumah semakin panik karena jam perkuliahan praktikumnya akan dimulai 20 menit lagi.
Sampai pada akhirnya, sampailah Marko di depan rumahnya. Saking paniknya, Marko membuka kunci pintu dengan susah. Karena panik, kuncinya pun jatuh.
Krincing! Suara kunci pintu memecah keheningan di kamar Marko.
“GAWAT! KAK DANIEL, CEPAT KELUAR KAK!” sahut Marta.
“Kenapa, Mar? Bentar, 2 menit lagi, Mar. Ini aku udah dapetin sampelnya, tinggal naik aja kok. Tangganya lumayan panjang, Mar. Sabar, ya.” ujar Daniel.
“CEPAT, KAK! Aku rasa kak Marko pulang, kak. Mungkin dia ada ketinggalan sesuatu. Oh my God! Kenapa harus sekarang..” ujar Marta tanpa harapan.
Dug.. Dug.. Dug... Suara sepatu Daniel menaiki tangga untuk kembali ke atas ke kamar Marko.
“Ayo, kak! Kita harus segera keluar. Kak Marko sudah di ruang tengah, dan sebentar lagi akan masuk ke sini.”
Mereka bertiga pun berusaha menghasilkan suara sekecil mungkin sambil mengendap-endap menuju pintu belakang rumah Marta.
Marko pun telah sampai di depan pintu kamarnya.
Kriekk.. suara pintu dibukanya.
Marko mulai menyusuri kamarnya mencari alat praktikumnya, sampai suatu ketika matanya tertuju pada kacamata yang bukan miliknya, tapi dia seperti mengenalinya.
“Ini kan.. Kacamata Dani-“
“DANIELLLL!!!! JANGAN KABUR KAMU! APAPUN YANG KAMU RENCANAKAN NGGAK AKAN BISA MENGHENTIKANKU!” teriak Marko sekencang mungkin.
Akankah Marta, Kevin, dan Daniel tertangkap oleh Marko? Ataukah mereka telah berhasil kabur dari rumah itu?
Bersambung....
Comments